Yang Berjalan dan Yang Terbang Epilog: Icarus Walks

icarus walks

EPILOG: ICARUS WALKS – “Kenapa sih kita ke Jogja akhir pekan gini?”

Bagas mengeluh untuk yang kesekian kali. Keluhannya itu diabaikan oleh Ken, Mara, dan Kania. Hanya Rendy yang sabar dan kembali menyahuti keluhan Bagas itu. “Kan pada bisanya akhir pekan, Gas. Ini juga setelah susah payah buat pada dapat cuti.”

Para anggota Icarus itu sekarang sedang berada di bandara untuk menunggu penerbangan mereka ke Yogyakarta. Project yang digarap Icarus saat ini adalah film dokumenter, dengan objek sebuah desa di Jogja. Kampung halaman Rendy, tepatnya. Di sana masih kental mempertahankan nilai-nilai budaya dan tradisi yang diwariskan turun-temurun, dan sebenarnya sudah lama Icarus berencana menggarap project tersebut. Tapi mereka baru mendapat kesempatan sekarang, setelah mendapat suntikan dana berkat menang lomba film indie beberapa bulan yang lalu dan berhasil mengantongi cuti dari kantor.

“Tapi gue kan jadi nggak bisa ketemu Bella,” sahut Bagas. Ya, Bella yang dibicarakan Bagas adalah Bella yang sama dengan Bella teman SMA Mara. Mara memperkenalkan keduanya setelah Bagas terus-terusan mengeluh karena menjadi satu-satunya jomblo di Icarus. Itu pun setelah Mara mewanti-wanti banyak hal, dan yang paling sering adalah kalimat, “Bella itu anak baik-baik, Bagas.”

Kalau sudah begitu, Bagas akan langsung protes. “Emangnya gue seburuk apa sih Ra?”

Kemudian Mara minta maaf, meminta Bagas maklum karena bagaimanapun juga Bella adalah salah satu teman baiknya. Setelah reuni itu memang Mara menjadi dekat dengan Bella. Dan ternyata Bagas dan Bella bisa cepat klop karena kepribadian mereka mirip.

Kembali lagi ke keadaan di bandara. Rendy sudah menghibur Bagas lagi. “Kan lo baru ketemu pekan kemarin sama Bella. Kita juga di Jogja cuma seminggu.”

“Seminggu itu waktu yang penting buat orang di masa pedekate kayak gue, Rendy. Lo sih enak udah pada jadian, lah gue? Apalagi orang bilang kan out of sight, out of mind.” Bagas lalu menatap mereka satu persatu. “Terus gue juga harus lihat kalian pacaran, bikin makin malas. Apalagi lihat Ken.”

Rendy mengangguk-angguk maklum. Memang selama Ken dan Mara berpacaran tiga bulan ini, Bagas sering senewen sendiri. Dulu sebelum mereka pacaran saja Ken sering terang-terangan menunjukkan perhatiannya pada Mara, apalagi sekarang. Seperti saat ini juga di bandara. Belum apa-apa Ken sudah sibuk memastikan Mara sudah makan dengan baik, membawa bantal leher, pakaian yang cukup, dan macam-macam lainnya.

“Gue yakin nyokapnya Mara juga masih kalah perhatiannya sama lo, Ken,” sindir Bagas kesal. Ucapan itu disambut tawa kecil oleh Rendy dan Kania, juga senyum kikuk Mara. Sementara Ken tampak tenang-tenang saja. “Lo ajak aja Bella gabung di Icarus juga. Jadi bisa sering ketemu.”

Untuk pertama kalinya selama tiga bulan terakhir, Bagas tersenyum sumringah pada Ken. “Benar juga. Mara, Bella suka film juga, nggak?”

“Nggak tahu,” sahut Mara lugas, membuat wajah Bagas kuyu seketika. Mara pun buru-buru melanjutkan. “Nanti gue tanyain, ya?”

“Sekalian lo cerita asyiknya di Icarus,” sahut Bagas. “Biar dia tertarik.”

“Mmm, kalau itu gue nggak janji. Gue nggak mau nantinya dia menyesal pas gabung di Icarus kalau nggak benar-benar ingin gabung sendiri,” ujar Mara. Jujur dan lugas seperti biasa. “Lagian, bukankah lebih baik kalau dia tertarik sama lo daripada tertarik sama Icarus?”

Bagas langsung sumringah lagi. “Emang lo selalu punya kalimat yang tepat, Mara.” 

Mara tersenyum. Lalu dilihatnya Ken mengacungkan jempol dan tersenyum bangga padanya. Senyum Mara semakin lebar.

Kemudian terdengar pemberitahuan yang mengharuskan mereka untuk check in. Para anggota Icarus itu pun langsung memakai ransel masing-masing, bersiap beranjak dari tempat itu. Rendy, Kania, dan Bagas sudah berjalan lebih dahulu.

Sementara Ken mengulurkan tangannya pada Mara. “Ayo, Ra.”

Mara tersenyum sekali lagi. Kemudian menyambut uluran tangan Ken itu dan mereka pun bergenggaman tangan erat. Keduanya pun berjalan menyusul teman-temannya yang sudah berjalan lebih dahulu. 

Kemudian mereka pun berjalan bersama-sama. Melanjutkan perjalanan mereka. Melanjutkan mimpi-mimpi mereka. Melanjutkan cinta mereka. Melanjutkan hidup mereka.

Untuk sekarang dan seterusnya.


Baca bagian lainnya di sini:

pena runcing
ahazrina

sajak, kata, kisah, potret, pena

Author: ahazrina

sajak, kata, kisah, potret, pena

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *