Gores Tangan, Isi Kepala, Suara Hati
aku adalah keresahan tak berujung
berdiri dengan kaki goyah di ujung jalan
di tepi temaram
aku adalah tangisan yang tak kunjung henti
amat menyayat, dengan sepi merapat
darah bercucuran
aku tersesat dalam labirin
tak ada jalan
tak ada cahaya
Dunia sekelilingku sunyi
Tapi isi kepalaku berisik sekali
Di depan mataku teknologi silih berganti
Perangkat canggih berbondong-bondong muncul mengagungkan kelancaran komunikasi
Memberikan baru demi baru dibanding bertahun lalu
Tapi hidupku terasa jauh lebih sepi dari yang dulu
Kita yang tak mau sendiri terus memasang senyum agar mereka tetap menyukai meski hati teriris jeri.Continue reading “Topeng”
Dalam sehari, aku berbohong banyak sekali
hidungku semakin panjang
hatiku semakin gamang.
Aku beranjak dewasa
sudah selesai sekolah dan mulai bekerja
Lalu dari gajiku yang tak seberapa,
ayah ibu minta balas jasa
Ada koma-koma yang kutemui dalam perjalanan
kadang muncul saat lelah
kadang menahan saat tak terarah
Menyetop kakiku sebentar
melihat sekeliling
melihat pada langit, hamparan bumi, hujan yang turun
udara yang kuhirup
orang-orang yang kutemui
siang dan malam yang silih berganti
Aku berjalan dari gelap ke gelap
Berpapasan dengan yang serupa denganku
Beban di punggung, tagihan di tangan, letih di kaki;
kosong di hati
Di penghujung hari yang panjang, aku ingin duduk berteduh di sampingmu
tanpa berkata apa-apa, tanpa berpikir apa-apa
hanya sebentar-sebentar memejamkan mata menikmati angin semilir
memandang nyiur yang berayun lembut di depan kita
Lalu aku akan baik-baik saja
tak perlu melakukan apa-apa, tak perlu memberikan apa-apa
Dalam keterasingan, aku menoleh lagi
mendapati satu siluet yang masih sama di sana
Ia luka, tapi ia juga bahagia.
Menjaring kabut yang menjerat kaki dan hati
sehingga tak dapat melihat cahaya apapun lagi.
Namun juga,
penghibur jiwa saat lelah berada di jalan terjal
menjadi perisai terdepan dari semua terpaan yang menyakitkan
meski ia juga menyakitkan.
Mama, jangan lepas tanganku
di lautan manusia ini aku berjalan tersaruk
berjinjit mencari celah kemana arahku, yang terhalang seliweran orang banyak
menutup jalanku, menutup cahayaku
