Pinokio

pinokio

Dalam sehari, aku berbohong banyak sekali
hidungku semakin panjang
hatiku semakin gamang.

Aku bangun pagi dengan selimut mendung menutupi mentari
tak ada sarapan di meja, hanya air saja
dan pada tetangga paruh baya yang menawariku makan, aku bilang sudah kenyang.

Lalu kutapakkan kaki dengan langkah tergesa
mengejar waktu, mengejar semu
semenit terlewat menjadikan aku seolah pendosa
dan pada penumpang kereta yang menunjuk kakiku yang terluka, aku bilang tidak sakit dan tak mengapa.

Pertengahan hari, aku mendapatkan usahaku kembali berujung hampa
seratus persenku menjadi sia-sia
sedang setengah hati mereka selalu meraih suka
dan pada teman yang menghibur akan datang masanya hal baik terjadi, aku bilang percaya.

Menjelang sore, aku diterpa berbagai ekspektasi dan andai kata
perkara kalau aku berlari sedikit lagi saja, cahaya akan teraih di ujung mata
dan pada mereka yang melontar tanya, aku bilang memang tak cukup keras aku berupaya.

Saat membunuh bosan di perjalanan pulang, media sosial membawa berita
kekasihku dulu sudah bersama yang baru
dan pada kawan yang menepuk pundakku, aku bilang kalau sudah lupa.

Hingga di penghujung hari, ponselku berbunyi kembali
dari ibuku yang menanyakan bagaimana hariku
dan aku pun menjawab dengan lelehan air mata,
“Aku baik-baik saja.”

– 19 September 2019

pena runcing
ahazrina

sajak, kata, kisah, potret, pena

Author: ahazrina

sajak, kata, kisah, potret, pena

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *