Kisah

Last Mission: Protecting You

last mission

Aku tahu akhirnya akan begini. Dari awal aku tahu.

Zeus menunjukkan ponselnya padaku. Terlihat Ben yang masih tidak sadarkan diri berada di sebuah kamar hotel. Aku tahu persis di mana hotel itu, karena aku yang mengirimkan alamatnya.

Aku menghela nafas. Membisikkan kata maaf untuk Ben dalam hatiku. Aku harus melakukan ini untuk menyelesaikan semuanya. Membuat NM7 untuk Zeus. Dan membawa Ben pergi dari tempat ini, meskipun harus membiusnya.

“Alo! Ini tidak benar! Kau tidak bisa melakukan ini!” Ben berteriak-teriak sambil meronta dari cengkeraman kuat para penjaga.

Aku hanya terdiam, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Beberapa menit yang lalu, aku memang meminta penjaga untuk mempertemukanku dengan Zeus. Untuk membuat kesepakatan. Ben harus pergi dari sini.

Aku tidak bisa membuat siapa pun mati karenaku. Lagi.

“Apa kau kira dia akan menepati janjinya, Alo?! Ia akan membunuhmu begitu obatnya selesai dibuat!”

Aku memejamkan mata. Aku tahu itu. Dari awal, aku tahu itu. Aku tahu bagaimana cara kerja dunia seperti ini. Kau harus melenyapkan penghalangmu. Siapa pun itu.

Dan aku termasuk penghalang, karena bisa membuat NM7 lain. Tentu Zeus tidak ingin itu terjadi.

“Jangan sentuh Ben,” ujarku pada Zeus. Menatapnya tajam. “Juga siapapun dari kelompokku.”

Zeus mengangguk. “Tenang saja, Alora. Bukan dia yang kuinginkan. Kau harusnya lebih mempercayaiku sedikit.”

Aku terdiam. Bukan karena mempercayainya, tapi karena tahu yang ia katakan itu benar. Zeus tidak menginginkan Ben atau kelompokku. Apalagi setelah mereka tidak lagi berada dalam dunia seperti ini.


22 jam kemudian.

NM7 sudah jadi. Anggota kelompok Red Skull yang sekarat itu sudah diberikan NM7, dan sudah sadar. Sekarang aku sedang berada dalam ruangan Zeus.

Sekarang akan benar-benar berakhir.

Zeus tersenyum lebar. “Kau memang benar-benar hebat, Alora. Our great Alora. Apa kau yakin tidak sayang menghabiskan hidupmu di perusahaan seperti itu? Aku bisa memberimu jauh lebih banyak dari itu.”

Aku tersenyum sinis. “Aku tidak akan lagi melakukan hal seperti ini. Terutama untukmu.”

Zeus mengangkat bahu. “Sayang sekali, Alora. Aku tahu begitu kau sudah membuat keputusan, tidak ada yang bisa mengubahnya,” ujar Zeus. Ia mengambil pistol yang terselip di ikat pinggangnya.

“Aku tidak punya pilihan lain kalau begitu,” ujar Zeus sambil menodongkan pistol tepat ke arah kepalaku. Aku hanya menatapnya.

Ini benar-benar sudah berakhir.

DUAR.

Aku memejamkan mata.

Namun tak lama, aku membuka mataku kembali. Aku baik-baik saja. Suara itu bukan berasal dari pistol Zeus.

Dua orang penjaga masuk ruangan dengan tergesa. “Ketua, laboratorium meledak!”

Zeus mengerutkan kening.

“Dan yang diberikan pada Robert bukan NM7, itu hanya obat untuk mengembalikan detak jantung!”

Zeus kini mengalihkan pandangannya padaku. Aku tersenyum kecil.

DUAR.

Terdengar ledakan lagi. Selama 22 jam terakhir, aku memang membuat beberapa cairan peledak yang kutempatkan di beberapa sudut gedung ini.

Zeus memandangku marah. “Kau bermain-main dengan orang yang salah, Alora!”

Zeus mengarahkan lagi pistolnya padaku, siap menekan pelatuk. Namun tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan dan menendang tangan Zeus. Pistol Zeus terlempar.

Itu Ben.

Aku memandangnya tidak percaya. Ben segera menembak kedua penjaga itu, lalu mengarahkan pistolnya pada Zeus.

Zeus tersenyum. “Kau memang kuat seperti yang kudengar, Benjamin.”

“Dan kau akan membayar karena telah melakukan semua ini!” seru Ben, siap menarik pelatuknya.

“AAAHH!” aku berteriak kaget ketika menyadari tiba-tiba ada dua penjaga menarikku kasar. Ben menoleh kaget. “Alo!”

Ben langsung menembak kedua penjaga itu sampai rubuh. Zeus memanfaatkan keadaan itu untuk mengambil pistolnya dan mengarahkannya padaku.

DUAR.

Zeus menekan pelatuknya. Mengenai punggung Ben. Dan Ben roboh di hadapanku.

“Ben!” pekikku.

Aku segera menahan tubuh Ben. Darah mengalir deras. Aku langsung mengambil pistol dari tangan Ben, lalu menatap Zeus marah. Aku bersiap menekan pelatuk pistol, mengarahkannya pada jantung Zeus. Menembaknya tanpa ampun.

DUAR. DUAR.

Zeus roboh. Tepat mengenai jantungnya. Itu tembakan keduaku seumur hidup.

Aku menatap Ben yang semakin kehabisan darah. Air mataku mulai turun.

“Apa yang kau lakukan? Mengapa kau di sini? Mengapa kau yang menghalangi pelurunya? Aku melakukan semua ini untuk melindungimu, Ben!”

Ben tersenyum lemah. Tangannya bergerak, mengusap air mataku perlahan. “Sudah kubilang… aku akan selalu melindungimu… Alo.”

Tangan Ben lalu terkulai. Matanya tertutup perlahan.

“Ben?” aku mengguncangkan tubuh Ben perlahan. Ben tidak bergerak.

“Ben!!”


end?


Baca juga bagian lainnya di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *