Last Mission: Protecting You

last mission

Last Mission Bagian 3 | Protecting You – Kelompok kami dikenal dengan nama Black Medal.

Orang menyebut kami mafia, tapi menurutku kami hanya melakukan pekerjaan yang kami kuasai. Seperti yang orang lain lakukan. Kami mengumpulkan uang dan memperluas wilayah, seperti yang orang lain lakukan. Dengan cara kami.

Black Medal berada di bawah pimpinan Tom dan Elizabeth, kekasihnya. Tom bilang, ia menemukanku ketika aku berusia sekitar 5 tahun. Tom tidak mengatakan hal lain mengenai asal-usul diriku atau siapa keluarga asliku, dan aku pun tidak mau tahu. Aku merasa hidupku dimulai ketika aku menjadi bagian dari kelompokku. Merekalah keluargaku.

Ada Tom dan Eli sudah seperti orangtua sesungguhnya bagiku. Ada Ben yang selalu kuikuti ke mana pun ia pergi, membuatku lebih dekat dengannya dibanding dengan yang lain. Juga ada anggota kelompok yang lain, yang sudah seperti keluarga sesungguhnya.

Aku menjadi anggota kelompok yang dimanja oleh semua orang, terutama Eli. Buat Eli, aku adalah putri kecilnya. Ia selalu menemaniku hingga tertidur setiap malam, baru kembali ke kamarnya. Dan selalu memberikanku segelas susu segar ketika aku bangun tidur.

Aku diberi kesempatan oleh Tom untuk melakukan apa yang kuinginkan, dan mendapat kepercayaan di laboratorium dan teknologi karena otakku yang jenius. Tom seperti sosok ayah yang membiarkanku berlari, dengan tetap menjagaku dari belakang.

Meski sebagai anggota, aku tetap mendapatkan pelajaran bela diri dan keahlian lain untuk meningkatkan kewaspadaan serta kemampuanku. Kata Tom, itu hal dasar bagi kami. Tom dan Eli berdebat dua hari mengenai hal itu. Eli akhirnya mengalah dengan syarat tidak mengajarkanku hal-hal yang berhubungan dengan benda berbahaya, seperti pistol dan pedang. Aku tidak pernah memegang pistol seumur hidupku.

Sampai pada kejadian itu.

Mulanya, NM7 merupakan hal jenius yang kugagas. Obat abadi. Untuk menyembuhkan semua penyakit, dan akan dikembangkan untuk bisa memperpanjang usia. Hidup selamanya. Kami semua sangat senang saat itu, membayangkan akan hidup selamanya bersama dengan kelompok ini. Dengan keluarga ini.

NM7 kepanjangan dari Next Mission 7, karena itu adalah penemuan besarku yang ketujuh. Namun itu berubah menjadi Nightmare setelah kejadian dua belas tahun yang lalu. Aku tidak pernah hidup dengan sama lagi. Tom, yang sudah diberi penjelasan oleh Ben, mengabulkan permintaanku untuk pergi. Ia tersenyum lembut padaku ketika mengantarku pergi.

Namun Eli tidak. Eli tidak mau menemuiku setelah keputusan itu dibuat.

Ben bilang, ini sangat berat untuk Eli. Aku mengerti, aku sangat mengerti. Ben yang terakhir menggenggam tanganku erat waktu itu. Dan berkata, “Kau harus hidup dengan baik, Alo. Dan tetaplah hidup.”

Aku tidak pernah menceritakan soal mimpi-mimpi yang berisi mereka pada siapa pun. Mereka hanya tahu aku sudah tidak sanggup lagi berada dalam bayang-bayang kejadian itu, dan takut melakukan hal serupa. Seorang anggota kelompok yang takut dan pengecut yang ingin hidup normal. Biar mereka memandang ini sebagai keputusan yang egois. Supaya mereka lebih mudah membenciku, dan tidak lagi mengingatku dalam hidup mereka. Supaya lebih mudah bagi kami untuk tidak bertemu lagi.

Bahkan pada Ben, yang selalu kuceritakan apapun padanya, tidak kukatakan.


Ben kini ada di hadapanku.

Mataku membesar. Aku merasa pijakan kakiku goyah. Tubuhku yang limbung hampir saja jatuh kalau Ben tidak cepat menangkapku. Tangan Ben juga sigap mengambil guci yang ada di tanganku dan meletakkannya di bawah.

Aku merasakan tangan Ben yang melingkari tubuhku. Merasakan kalau ini benar-benar Ben.

“Ben?” aku menatap matanya. Bertanya apakah ini benar-benar dia.

“Iya, Alo. Ini aku,” ujar Ben. Ia lalu melepaskan tangannya dan membantuku berdiri dengan benar.

“Ba-bagaimana bisa? Kau di tabung! Kau keluar dari sana? Bagaimana bisa? Kau…,” aku kehabisan kata-kata. Tidak mempercayai apa yang terjadi.

“Itu bukan aku. Itu kloning,” ucap Ben. “Ini jebakan. Kau hanya akan dimanfaatkan.”

Mataku membesar. Aku teringat sesuatu. Aku segera menunduk dan menyingkap jaket Ben sedikit. Melihat pinggang kanannya.

Ada bekas lukanya. Ia memang Ben.

Aku langsung memeluknya erat. “Kau selamat, Ben! Kau hidup!”

Ben balas memelukku. “Aku baik-baik saja, Alo. Kau yang berada dalam bahaya di sini.”

Aku melepaskan pelukanku dan menatapnya. “Aku bisa pergi sekarang. Ayo pergi dari sini.”

“Tidak mudah, Alo. Zeus sudah menyiapkan semuanya. Kita perlu rencana.”

Aku mengangguk-angguk. “Bagaimana kalau membicarakannya di dalam? Di dalam aman, tenang saja.”

Ben menggeleng. “Ada kamera kecil di dekat jam, Alo. Satu-satunya yang tidak ada penyadap hanya di laboratorium.”

Aku mengerutkan kening. Tempat itu luput dari pengamatanku. “Dia berbohong padaku?”

“Sudah kubilang, jangan mempercayai siapa pun,” ujar Ben. “Sekarang masuklah. Kalau terlalu lama nanti mereka curiga.”

Aku tidak bergerak. Enggan berpisah dengan Ben. Tidak setelah aku mengetahui ia ternyata selamat, tidak terkapar tak berdaya dalam tabung besar.

Ben mengeluarkan seekor kucing dari tasnya. “Dan bawa masuk ini, supaya mereka tidak curiga melihatmu keluar tadi. Sekarang kau harus tidur, dan temui aku dua jam lagi di laboratorium.”

Ben bergerak, bersiap pergi. Aku memandangnya lekat. Ben menoleh. “Kau harus benar-benar tidur, Alo. Kita akan melalui waktu yang panjang. Sekarang istirahatlah.”

pena runcing
ahazrina

sajak, kata, kisah, potret, pena

Author: ahazrina

sajak, kata, kisah, potret, pena

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *