Review Novel: Palagan Nusantara (Nellaneva)

[SPOILER ALERT] Tulisan ini berisi review novel Palagan Nusantara yang mungkin berisi spoiler. Kalo yang nggak suka spoiler, silakan baca dulu dan nanti balik lagi ke sini yaa ^^
Disclaimer
Review ini hanya pandangan pribadiku tentang isi novel, yang mungkin bisa berbeda dengan pandangan kamu yang juga baca novel ini 🙂
What’s Palagan Nusantara about
Novel Palagan Nusantara karya Nellaneva bercerita tentang petualangan Kat, Mada, Baskara, dan Garda. Kat mencari adiknya, Aruni, setelah kehilangan kedua orang tua mereka. Kat lalu bertemu dengan Garda (robot kucing), Mada (si tangan “besi” alias penyandang lengan robotik), dan Baskara (ahli mekanik).
Mereka berempat lalu melakukan perjalanan mencari adiknya Kat, sekaligus tujuannya masing-masing. Tujuan mereka seolah berbeda, tapi ternyata masih berhubungan dan berujung ke hal yang skalanya sampai nasional.
Novel ini mengupas satu demi satu teka-teki yang berhubungan dengan tokoh-tokoh itu, sekaligus persoalan Nusantara. Iya, latar tempatnya adalah Nusantara, bukan Indonesia yang kita kenal. Karena banyak twist-nya, aku berusaha supaya bisa membahasnya dengan spoiler seminimal mungkin.
Palagan Nusantara adalah novel bergenre fantasi, jadi kita akan menemukan latar tempat dan tokoh-tokoh yang “unik”. Sebut aja, Garda si robot kucing. Jadi Nusantara yang jadi latar novel ini emang familiar dengan robot dalam keseharian, ada robot pekerja, ada robot peliharaan.
What drew me in
Sebelum baca novel ini, aku pernah baca novel Nellaneva berjudul Ranah Pusaka yang bernuansa teka-teki juga. Jadi pas aku lihat Palagan Nusantara di Gramedia, lihat sinopsis dan penulisnya, aku pun langsung tertarik buat baca.
What keeps me going
Palagan Nusantara tersaji dengan begitu menarik dan bikin aku penasaran sebenarnya apa masalah yang menunggu mereka. Karena setiap perjalanan yang mereka lalui itu menuju ke satu hal berikutnya, berikutnya lagi, berikutnya lagi. Perjalanan mereka pelan-pelan menuju hal yang udah bukan soal pribadi lagi, tapi jauh lebih besar dari itu.
Dan karena itu, aku juga menanti “pertarungan” mereka dengan the ultimate villain pada akhir cerita. Keempat tokoh utama itu jadi kulihat seperti pahlawan yang akan melawan penjahat, jadi aku menantikan apa yang akan mereka lakukan untuk menghadapi penjahat itu. Yah, meski ternyata nggak sesederhana itu dan banyak twist pada tokoh-tokohnya.
What makes Palagan Nusantara unique
kalo ada yang udah baca Ranah Pusaka, mungkin akan kebayang juga gaya cerita novel ini gimana. Gaya penulis yang lugas tertuang juga dalam Palagan Nusantara; juga tokoh-tokoh yang lugas, kadang sinis, satir juga. Gaya bercerita itu cocok banget dengan tema novel yang berisi teka-teki dan petualangan kayak gini.
Selain itu, latar cerita juga menjadi keunikan tersendiri dari Palagan Nusantara. Ketika awal aku baca, aku pikir latarnya itu tahun 1900-an awal. Karena namanya aja Nusantara, terus nama-nama tokohnya juga identik sama nama pas zaman itu. Kayak Kartaraja, Leksamada, Andraguna, Jayagiri. Kayak nama-nama yang suka ada di film kisanak-kisanak gitu (aku nggak tahu apa istilahnya huhu).
Cuma pas baca ternyata mereka pakai robot, dan itu latarnya tahun 2190. Jadi perpaduan yang unik aja, nama-nama zaman dulu dengan teknologi robot dan semacamnya.
Nah, sepemahamanku, Nusantara di novel ini semacam negara persemakmuran Holland (kalo di kita mah Belanda). Pemerintah pusatnya di Holland, di Nusantara adanya Perdana Menteri dan parlemen gitu. CMIIW, yaa ^^
Pas baca novel ini, aku jadi kepikiran; oh kali kalo Indonesia nggak memerdekakan diri dan jadi bagian dari Belanda, bakal begini model negaranya ya. Meski pemikiran itu terjawab juga di pertengahan novel, walaupun masih menggantung karena Garda ceritanya nggak tuntas wkwk.
Favorite characters in Palagan Nusantara
Meski suka ngeselin dan menguji kesabaran, aku akuin Garda adalah tokoh favoritku di Palagan Nusantara. Awalnya tuh aku agak susah memvisualisasikan dia, mana kebayang robot kucing gimana, kan? Jadi setelah bolak-balik lihat cover yang ada gambar siluet tokohnya, aku pun mulai kebayang Garda kayak gimana.
Dan seperti tokoh-tokoh di novel ini, aku pun sering banget gedek sama robot kucing satu itu hahaha. Tapi kadang, kagum juga sama terobosan-terobosan dia. Garda adalah pemegang kunci di novel ini, meski kalo spill sesuatu sesuai mood dia aja.
Selain Garda, Andraguna juga jadi salah satu favoritku. Pamannya Mada ini keren aja menurutku, terutama sifat patriotiknya. Begitu juga dengan kelompoknya yang harus gerilya untuk memperjuangkan apa yang mereka tuju.
Terus, gimana dengan tiga tokoh utama lainnya? Mereka terlalu kompleks hahaha. Dan kayaknya emang penulis sengaja membuat mereka dengan penokohan seperti itu.
Jadi ya, meski Kat, Mada, dan Baskara bukan favoritku; tapi menggambarkan manusia pada umumnya. Nggak plek hitam, nggak plek putih.
Personal challenge
Mungkin karena aku udah lama nggak baca buku, aku kesulitan memvisualisasikan isi novel ini. Mulai dari latar tempat, waktu, sampai tokoh-tokohnya. Apakah aku udah kena brain rot? T_T
Dari latar Nusantara aja, aku udah kesulitan ngebayanginnya. Nama-nama tempat di novel ini yang aku tahu Batavia doang. Yang lainnya aku meraba-raba itu kalo di Indonesia, di mana ya?
Sebenarnya nggak harus banget sih aku tahu tempat-tempat itu di mana kalo di Indonesia, tapi aku butuh itu biar lebih kebayang aja latar tempatnya. Karena sejujurnya aku bingung sama latar tempat novel ini.
Kayak yang aku bilang tadi, mereka udah ada robot segala macam, tapi nama-namanya kayak orang zaman dulu, terus keseharian mereka juga kayak terbatas gitu. Meski keterbatasan itu karena peraturan pemerintahnya, tapi aku jadi bingung aja ngebayangin perpaduan yang bertolak belakang itu.
Adanya robot dan teknologi semacamnya juga cukup menguji imajinasiku. Selain Garda, aku juga perlu waktu buat ngebayangin robot-robot lain yang muncul di novel ini. Jadi kalo lagi dibahas spesifikasi robot, aku sampai baca ulang-ulang biar kebayang.
Ini bikin aku agak sedih juga sih, separah ini kah otakku yang jarang baca? T_T
What makes things better
Harus banget ya, ending-nya begitu?
Kalo mau jujur-jujuran, aku suka novel ini kecuali ending-nya T_T
Selain karena aku penganut happy ending is a must, aku juga sedih aja mereka harus menghadapi hal begitu lagi di akhir cerita. Sepanjang cerita ini mereka udah banyak menderita loh, banyak kehilangan. Harus kah mereka menghadapi hal-hal begitu lagi di akhir?
Padahal ketika bagian mereka bahagia, aku senang banget bacanya. Sebagai “saksi” perjalanan mereka yang jungkir balik banget, aku senang akhirnya mereka bahagia juga. Jadi ketika di ending begitu, aku kayak menolak kenyataan dan baca ulang yang bagian bahagianya aja hahaha.
Sebenarnya bukan sad ending sih, tapi lebih ke gantung ya. Mungkin ending-nya dibuat begitu untuk membuka indikasi ke jilid dua. Apalagi emang ada beberapa hal yang masih jadi pertanyaan. Kayak; robot yang diumpetin itu ada di mana, dan Nusantara itu apanya Indonesia, dan semacamnya.
Tapiiiii, harus banget kah begitu ending-nya? Aku senang banget mereka bisa merasakan bahagia setelah tragedi bertubi-tubi, masa ditutup dengan tragedi lagi?
Atau, ada hal lain yang lebih dari itu di buku selanjutnya? Cuma itu harapanku sekarang, karena aku nggak mau kisah mereka berakhirnya begitu T_T
Tapi pas aku cari-cari, novel ini belum ada informasi akan ada kelanjutannya atau enggak, sih. Semoga bisa terbit lanjutannya dalam waktu dekat, ya! I’m really looking forward to it!
Currently reading: Metropolis (Windry Ramadhina)
Reading list: Pintu Harmonika (Clara Ng & Icha Rahmawati)